Memasuki hari ke-3, Workshop Pedagogik yang diadakan oleh Fakultas Sains dan Teknologi, mengusung tema “Manajemen Pengelolaan Kelas” dan “Merancang Pemahaman Mahasiswa”. Workshop dibuka oleh Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Dr. Hj. Hasniah Aliah, M.Si. Acara dimulai pada pukul 13.00 WIB dan dihadiri oleh 150 orang peserta. Pada sambutannya, Dekan FST mengucapkan terima kasih kepada seluruh peserta yang bergabung pada kegiatan hari ini. Materi Manajemen Kelas ini dianggap penting dan menjadi salah satu materi pokok pada kegiatan ini, mengingat banyaknya tantangan yang dihadapi oleh pendidik di lapangan. Beberapa tantangan yang dihadapi antara lain: mengkondisikan peserta didik dengan melibatkan fisik dan mental mereka didalam kelas. Tantangan lain adalah dilema untuk pengajar berkaitan dengan jam mengajar yang terbatas. Dekan FST berharap, melalui kegiatan ini, para pendidik dapat merancang strategi yang lebih baik dalam pembelajaran, dan dapat bermanfaat secara langsung di lapangan.
Acara dilanjutkan dengan sambutan dari Rektor UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Prof Dr. H. Mahmud, M.Si. Pada sambutannya, Rektor UIN menyapaikan ucapan terima kasih kepada para pemateri yang telah meluangkan waktunya pada kegiatan ini. Rektor UIN juga memberikan apresiasinya kepada Fakultas Sains dan Teknologi atas ikhtiarnya untuk terus berusaha meningkatkan kualitas pembelajaran di fakultas.
Acara kemudian dimoderatori oleh Dr. Rismawati Ramdani, M.Si, selaku dosen Jurusan/Prodi Matematika. Pemateri pertama adalah Prof.Dr. Uman Suherman AS., M.Pd. Beliau adalah Guru Besar FIP Universitas Pendidikan Indonesia, dan Kepala LLDIKTI 4 Jabar dan Banten. Materi bertajuk Optimalisasi Peran Dosen Perguruan Tinggi dimulai dengan tiga amanat pendidik dalam Tujuan Pembentukan Bangsa, yaitu: melindungi seluruh tumpah darah dan tanah air, Meningkatkan Kesejahteraan, dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Pengelolaan harus dimulai dari diri pribadi karena harapan masa depan bangsa terletak pada pendidikan.
Sebagai dosen, Prof. Umam mengingatkan, seorang dosen harus memahami terlebih dahulu tujuan pendidikan. Beliau juga menekankan dua hal yg perlu disikapi oleh dosen, yaitu: menentukan nasib anak didik, dan menentukan nasib diri sendiri. Karena hal inilah dosen harus menerapkan tridarma pendidikan. Utamakan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, perhatikan jabatan akademik dosen, dan memaksimalkan produktifitas. Mengapa hal ini penting? Karena seorang pendidik bukan hanya transfer of knowledge, tetapi juga transfer of culture. Hal inilah yang menetukan Learning Outcome.
Menurut Prof. Umam, seorang dosen memiliki dua peranan penting. Dosen sebagai ilmu, dan dosen sebagai seni. Inilah yang ditampilkan oleh dosen sebagai budaya yang dimilikinya. Dosen juga memiliki value yang akan ditampilkan kepada mahasiswa. Value ini mencakup penampilan, bahasa, juga solusi yang dihadirkan dalam setiap masalah. Selain itu, learning and Innovation sebagai orientasi hasil pendidikan yang harus ditonjolkan dosen adalah: Critical thinking & problem solving, creativity and innovation, communication, dan collaboration.
Sebagai bentuk optimalisasi peran dosen, lingkungan yang utama adalah dosen yang mampu menginspirasi. Kehadiran dosen harus mampu dicintai mahasiswanya. Kedua, professional development harus selalu berjalan. Hal yang utama bagi seorang dosen adalah capaian pembelajaran atau standar kompetensi. Standar kompetensi yang baik dapat dibentuk oleh dosen yang berkualitas.
Beberapa tips dan trik dari Prof.Uman agar menjadi dosen yang dicintai mahasiswa adalah: pertama tunjukkan penampilan yang baik. Kedua, keluhuran ilmu adalah sebagai anugerah dari Allah SWT sebagaimana Q.S Al-Mujadalah ayat 11 (Allah Swt. akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.). Ketiga, jauhkan dari sifat sombong. Amanah terakhir yang Prof. Uman sampaikan adalah jadilah dosen yang baik, atau tidak sama sekali.
Pemateri kedua adalah Prof. Dr. Ir. Ichsan Setya Putra. Beliau adalah Guru Besar FTMD Institut Teknologi Bandung dan Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Universitas Pertamina. Pada awal materi, beliau menyampaikan, mengajar itu adalah satu cabang ilmu sendiri. Pendidik harus memiliki ilmunya. Inilah yang jarang dimiliki oleh pendidik.
Cerita inspiratif disampaikan oleh Prof. Ichsan mengenai dua orang Tukang batu. Ketika ditanya oleh orang, “Sedang mengerjakan apa Pak?” tukang batu pertama menjawab, “saya sedang membangun tembok”. Dengan pertanyaan yang sama, tukang batu kedua menjawab “saya sedang membangun masjid” dengan mata berbinar. Tukang batu kedua juga menjelaskan dengan penuh semangat bagaimana pahala yang didapat penduduk desa disana apabila shalat di masjid tersebut. Kisah inspiratif ini dapat menajdi gambaran bagaimana dosen yang hanya memperhatikan insentif, dan bagaimana dosen yang memperhatikan masa depan yang akan dibangunnya seolah-olah berkata “I touch the future”.
Fenomena yang ada saat ini adalah, dosen sibuk bagaimana mahasiswa dapat memahami pelajaran. Padahal yang terpenting adalah bagaimana mengajarkan mahasiswa untuk berfikir. Critical thinking adalah satu hal yang sangat penting menurut Prof. Ichsan. Saat ini pembelajaran mengarah kepada social and emotional intelligence. Maka dosen harus mengajarkan tiga hal: penguasaan bahan, kemampuan berpikir, dan merasakan dan membangun hubungan.
Terkait perkuliahan daring, Prof. Ichsan menyampaikan beberapa fakta yang terjadi di lapangan. Mulai dari ketidaksiapan institusi, koneksi internet, pengajar, maupun peserta didik. Hal ini menjadi tantangan sendiri bagi dosen. Beberapa permasalahan terkait pembelajaran jarak jauh antara lain:
- Mahasiswa tidak memiliki sense of purpose sehingga tidak punya students agency dan self directedness.
- Bentang perhatian mahasiswa terbatas, hanya sekitar 20 menit. Dengan pembelajaran jarak jauh, kemampuan untuk fokus mahasiswa menjadi lebih pendek. Solusinya adalah dengan mengajar di segmen-segmen pendek (pecah kuliah menjadi beberapa segmen).
- Mahasiswa tidak dianjurkan berbagi perhatian saat kuliah daring.
- Untuk membangun active learning pada kuliah daring, dosen harus menyiapkan sejumlah pertanyaan.
- Pada kuliah daring, ekspresi wajah dan bahasa badan tidak efektif, maka perlu berlatih menggunakan kekuatan suara.
- Mahasiswa cepat lupa, maka sering adakan kuis.
- Banyak masalah teknis.
- Mahasiswa bekerja sama pada saat ujian.
Berdasarkan pengalaman pemateri, beberapa tips membangun sense of purpose mahasiswa, antara lain dengan memberikan gambaran mahasiswa ingin menjadi apa di masa depan. Kemudian bangun ketertarikan mahasiswa dengan masa depannya, misalnya dengan mengundang perusahaan.
Walaupun terdapat beberapa permasalahan, Prof. Ichsan optimis pembelajaran daring dapat tetap dilakukan di Indonesia. Acara ditutup dengan pengisian post–test dan evaluasi oleh peserta workshop. (DRR/DSM).