Tim Riset Kefir FST Berikan Solusi Atasi COVID 19

KEFIR 1 KEFIR 2

Tim Riset Kefir Fakultas Sains dan Teknologi (FST) UIN Sunan Gunung Djati Bandung menawarkan alternatif agar dapat menjalani new normal life dalam situasi pandemik COVID-19 selain dengan disiplin mengikuti protokol kesehatan yakni dengan memanfaatkan probiotik kefir susu untuk meningkatkan sistem imun tubuh. “Kefir merupakan nutrisi untuk mengoptimalkan imunitas tubuh, sehingga mehasilkan imunitas yang prima. Covid merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus oleh karenanya termasuk self-limited disease. Oleh sebab itu, imunitas tubuh yang prima merupakan hal yang utama dan urgent diperlukan untuk mengatasi serangan Co-V-19. Kita ketahui bersama bahwa upaya penemuan obat dan vaksin Covid masih terus dilakukan, sedangkan virus juga  terus mengalami mutasi. Para ilmuwan di Litbang kesehatan RI telah berhasil menguraikan kode genetik 29.000 basa SAR-CoV-2 pada bulan Mei ini  dan ternyata hasilnya virus di Indonesia memiliki perbedaan dari negara lain. Oleh karenanya sangat penting untuk menjaga agar imunitas tubuh tetap prima”, tutur Dr. dr. Ambar Sulianti, M.Kes., salah satu Tim Riset Kefir UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

 

Mengapa Probiotik Kefir?

Kefir susu dan kefir kolostrum dipilih bukan tanpa alasan. “Studi literatur  yang kami lakukan menggunakan metode systematic review pada jurnal yang terbit tahun 2010 hingga 2020 ditemukan tidak kurang dari 50 jurnal yang mempublikasikan karakteristik psikokimia, mikrobiologi,  dan bioaktivitas kefir susu juga kolostrum baik secara in vitro, in vivo, bahkan beberapa diantaranya telah dilakukan uji klinis. Hasil studi ini menunjukkan kefir susu memiliki manfaat antara lain antialergi, antiinflamasi/peradangan, antikanker, antikonstipasi/sembelit, antidiabetes, antiobesitas/kegemukan, antiinfeksi (bakteri, jamur, virus patogen) dalam dan luar tubuh, memperbaiki fungsi pencernaan, memperbaiki penyerapan gizi, melancarkan aliran darah, mengontrol kadar kolesterol darah, dan meningkatkan imunitas tubuh,” ungkap Dr. Neneng Windayani, Ketua Tim Riset Kefir di UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Ditambahkan Neneng, tidak kurang dari 50 spesies probiotik telah dilaporkan terdapat dalam grain kefir, yakni Bifidobacterium psychraerophilum, Bifidobacterium choerinum, Bifidobacterium longum, Bifidobacterium pseudolongum, Lactobacillus acidophilus, Lb. brevis / Lb. kefiri, Lb. casei subsp. casei, Lb. casei subsp. rhamnosus, Lb. paracasei subsp. paracasei, Lb. fermentum, Lb. cellobiosus, Lb. delbrueckii subsp. bulgaricus, Lb. delbrueckii subsp. lactis, Lb. fructivorans, Lb. helveticus subsp. lactis, Lb. hilgardii, Lb. helveticus, Lb. kefiri, Lb. kefiranofaciens subsp. kefirgranum, Lb. kefiranofaciens subsp. kefiranofaciens, Lb. parakefiri, Lb. plantarum, treptococcus thermophilus, St. paracitrovorus, Lactococcus lactis subsp. lactis, Lc. lactis subsp.lactis biovar. diacetylactis, Lc. lactis subsp.cremoris, Enterococcus durans, Leuconostoc mesenteroides subsp.cremoris, Leuc. mesenteroides subsp. mesenteroides, Leuc. dextranicum, Dekkera anomala/ Brettanomyces anomalus , Kluyveromyces marxianus/ Candida kefyr, Pichia fermentans / C. firmetaria, Yarrowia lipolytica/ C. lipolytica , Debaryomyces hansenii/C. famata , Deb. [Schwanniomyces] occidentalis Issatchenkia orientalis, C.krusei Galactomyces geotrichum, Geotrichum candidum, C. friedrichii, C. rancens, C. tenuis, C. humilis, C. inconspicua, C. maris, Cryptococcus humicolus, Kluyveromyces lactis var. lactis, Kluyv. bulgaricus, Kluyv. lodderae, Saccharomyces cerevisiae, Sacc. subsp. torulopsis holmii, Sacc. pastorianus, Sacc. humaticus, Sacc. unisporus, Sacc. exiguus, Sacc. turicensis sp.nov, Torulaspora delbrueckii, Zygosaccharomyces rouxii,Acetobacter aceti, dan Acetobacter rancens.

Kaitannya dengan virus SAR-CoV-2 penyebab COVID-19, Dr. Yani Suryani, M.Si. ahli mikrobiologi pada Tim Riset Kefir UIN Sunan Gunung, menjelaskan kefir memiliki kemampuan menekan atau menghambat ACE-2 (angiotensin-converting enzyme) yang merupakan reseptor SAR-CoV-2, sehingga menghambat masuknya virus tersebut. Dr. Yani menambahkan, makanan kaya probiotik seperti kefir dapat mendukung keseimbangan mikroorganisme dalam usus dan juga berkorelasi dengan penurunan kecemasan, hal ini karena probiotik memiliki kemampuan mereduksi tingkat kortisol yaitu hormon yg berperan dalam penggunaan gula atau glukosa dan lemak dalam metabolisme tubuh untuk menyediakan energi. Hormon kortisol berperan mengendalikan stres yang dipengaruhi oleh infeksi, cedera, aktivitas berat, dan stres fisik serta emosional. Selain itu konsumsi kefir dapat membantu meningkatkan pencernaan karena adanya bakteri Lactobacillus sp. dan Bifidobacterium di dalamnya dengan kata lain kefir berfungsi melawan patogen dan memulihkan flora di dalam usus, juga kefir memiliki peran memperbaiki/memerangi sindrom iritasi usus.

Penggunaan kefir susu dan kefir kolostrum dalam pencegahan dan penanggulangan COVID-19 juga berdasarkan pertimbangan ketersedian bahan baku yakni susu segar yang dihasilkan dari ternak sapi atau kambing. Hal ini dijelaskan oleh Dr. Tri Cahyanto, M.Si., Tim Riset Kefir dan Ketua Lab Terpadu UIN Sunan Gunung Djati Bandung, bahwa susu segar hampir bisa ditemukan di seluruh wilayah Indonesia, di Jawa Barat sendiri terdapat sentra-sentra penghasil susu sapi dan susu kambing, sehingga memudahkan suplai bahan baku kefir susu. Selain itu, pembuatan kefir susu cukup mudah dan tidak memerlukan keahlian khusus, dapat dipelajari oleh siapapun. Sehingga diharapkan penggunaan kefir susu selain dapat mencegah dan menanggulangi COVID-19 dengan harga yang terjangkau juga dapat menghidupkan UMKM dan peternak sapi/kambing perah, dengan demikian roda perekonomian tetap berjalan.

Lebih lanjut Tri menyatakan Laboratorium Terpadu UIN Sunan Gunung Djati Bandung bersama Komunitas Kefir Indonesia siap memfasilitasi pelatihan secara online untuk mempermudah masyarakat mempraktikan pembuatan kefir secara massal.

Pemilihan kefir susu dan kefir kolostrum dalam pencegahan dan penganggulangan COVID-19 juga didasarkan hasil studi awal yang dilakukan Tim Riset Kefir bekerjasma dengan KKI (Komunitas Kefir Indonesia) pada penggunaannya terhadap sejumlah pasien (+) COVID-19, PDP (pasien dalam pengawasan), dan ODP (orang dalam pengawasan) menunjukkan tingkat kesembuhan yang lebih cepat, kurang dari 14 hari. Dalam kesempatan terpisah, Ir. Andang Kasriadi, Ketua Umum KKI, menyampaikan strategi percepatan bebas dari virus ini dalam satu bulan. Seperti dilansir laman kompasiana (20/03/2020), berikut strategi yang perlu ditempuh:

  1. Jaga pencernaan agar berada dalam kondisi sempurna, terutama menjaga eksistensi mikroflora usus (probiotik) yang jumlahnya malah lebih banyak dari jumlah sel tubuh kita sendiri. Faktor keberadaan mikroflora ini yang paling banyak diabaikan oleh para ahli kesehatan. Asupan probiotik dan prebiotik perlu benar-benar diperhatikan.
  2. Cukup istirahat, sehingga tubuh terasa bugar.
  3. Berpikir positif, gembira dan menjauhi stress. Jiwa yang gelisah dan hati yang murung adalah pereduksi sistem imun yang sangat jahat.
  4. Konsumsi sayuran, buah-buahan dan biji-bijian yang melindungi tubuh dari bakteri penyebab pneumonia. Juga konsumsi bawang putih yang bersifat antimikroba patogen dan merangsang pembentukan antibodi.
  5. Upayakan mendapat paparan sinar matahari yang membantu membunuh virus dan menjaga ketersediaan Vitamin. D.
  6. Konsumsi cukup vitamin C, vitamin B6 dan Vitamin E, selain sebagai antioksidan yang kuat, juga merangsang pembentukan antibodi.
  7. Jaga asupan protein sebagai bahan baku pembentukan antibodi.

Dengan sistem imun yang terjaga, maka tidak perlu takut untuk kontak dengan penderita yang sudah terpapar virus, karena akan segera dieliminasi oleh antibodi yang siap bekerja. Tentu saja diperlukan pengamatan yang melekat, sehingga bila ada gejala penurunan imunitas, baik karena kelelahan, stres atau lainnya, bisa segera dikeluarkan dari tugas yang memerlukan kontak dengan penderita.(HR/rls Hms)

 

Leave a Reply